Seorang gadis merajut mimpi, bersua pria tampan menjadi suami, jejaka memburu cinta sang dara nan jelita. Mereka mengira, itu semua akan membawa bahagia.
Yang tak punya berkhayal menjadi orang kaya, mempunyai segalanya. Politisi berebut kursi untuk mendapatkan kedudukan yang bergengsi. Birokrat berakrobat demi jabatan yang terhormat. Si kaya masih juga menginginkan isteri ketiga.
Banyak orang mengira, bahwa mereka akan bahagia jika sudah terwujud keinginannya.
Tetapi faktanya – betapa banyak orang yang telah berhasil meraih cita-citanya, kaya raya, mempunyai suami sebagus Rama atau isteri secantik Sinta, mempunyai segalanya - namun merasa hal itu belum memberikan kepuasan dan kebahagiaan.
Mau bukti? Banyak selebriti, pasangan muda, kurang apa mereka? Harta, rupa, dan segalanya ada. Tetapi kenapa berpisah juga, dengan alasan hidupnya tidak bahagia.
Sesungguhnya kebahagiaan itu adalah suasana hati, suatu perasaan yang dapat tercipta kapan saja, tidak perlu menunggu apapun, manakala, jika, bila, seandainya. Tetapi sekarang ini, sebagaimana adanya, dengan apa yang ada, walau, meskipun, dan bagaimanapun.
Kebahagiaan itu tidak tergantung kondisi eksternal yang ada di luar diri kita. Kebahagiaan adalah milik kita, ada di dalam kendali kita, dapat kita rasakan sembari berusaha mencapai cita-cita atau keinginan yang akan makin menambah kebahagiaan. Setiap orang bisa menemukan kebahagiaan sekarang juga, kapanpun dan di mana saja.
Rama dan Sinta, hidup bahagia, walaupun meninggalkan istana, menanggalkan bajunya sebagai raja, dan tinggal di tengah hutan belantara*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar